Pengertian akidah terhadap Kitab Allah merupakan mempercayai dan meyakini sepenuh hati tolong-menolong Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab nya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Sebelum kita melangkah lebih jauh wacana pengertian akidah terhadap Kitab Allah, kita harus tahu dulu apa pengertian Kitab Allah itu. Kitab Allah ialah catatan-catatan yang telah difirmankan oleh Allah kepada para nabi dan rasul. Umat islam juga diwajibkan meyakininya, alasannya ialah mempercayai kitab-kitab selain Al-Quran sesuai dengan salah satu rukun iman.
Pengertian Iman Terhadap Kitab Allah
Seorang muslim beriman dan yakin pada segala hal yang diturunkan dan diwahyukan oleh Allah SWT, baik berupa Kitab maupun yang difirmankan nya kepada beberapa rasul berupa suhuf (lembaran).
Kitab-kitab yang berasal dari Allah SWT ada empat macam: Al-Quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, Taurat kepada nabi Musa as, Zabur kepada Nabi Daud as, dan Alkitab kepada hamba Allah dan Rasul-Nya, Isa as. Firman Allah SWT dalam bentuk suhuf, contohnya apa yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim as.
Baca juga: pikiran insan yang melampaui batas kemampuannya
Baca juga: pikiran insan yang melampaui batas kemampuannya
Diantara Kitab tersebut, hanya Al-Quran yang dipelihara/dijaga keasliannya oleh Allah, yang sekaligus berfungsi sebagai penyempurnaan dan penghapus syariah-syariah nabi dan rasul sebelumnya Allah SWT berfirman:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ
innaa naHnu nazzalnaz-zikra wa innaa lahuu laHaafiZuun
Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S. Al-Hijr: 9).
وَاَنْزَلْنَاۤ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَـقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَـقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَـعَلَـكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰـكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِىْ مَاۤ اٰتٰٮكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَـيْـرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ
wa anzalnaaa ilaikal-kitaaba bil-Haqqi mushaddiqal limaa baina yadaihi minal-kitaabi wa muhaiminan `alaihi bimaaa anzalallaahu wa laa tattabi` ahwaaa`ahum `ammaa jaaa`aka minal-Haqq, likullin ja`alnaa ataw wa min-haajaa, walau Saaa`allaahu laja`alakum ummataw waaHidataw wa laakil liyabluwakum fii maaa Kairaat, ilallaahi marji`ukum jamii`an fa yunabbi`ukum bimaa kuntum fiihi taKtalifuun
Artinya: Dan Kamilah yang telah turunkan kepadamu Al Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan kerikil ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara-perkara mereka berdasarkan apa yang Allah turunkan dan janganlah kau mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah tiba kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendakinya, pasti kau dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kau terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah-lah kau kembali semuanya, kemudian diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kau perselisihkan itu. (Q.S. Al-Maidah: 48).
wa anzalnaaa ilaikal-kitaaba bil-Haqqi mushaddiqal limaa baina yadaihi minal-kitaabi wa muhaiminan `alaihi bimaaa anzalallaahu wa laa tattabi` ahwaaa`ahum `ammaa jaaa`aka minal-Haqq, likullin ja`alnaa ataw wa min-haajaa, walau Saaa`allaahu laja`alakum ummataw waaHidataw wa laakil liyabluwakum fii maaa Kairaat, ilallaahi marji`ukum jamii`an fa yunabbi`ukum bimaa kuntum fiihi taKtalifuun
Artinya: Dan Kamilah yang telah turunkan kepadamu Al Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan kerikil ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara-perkara mereka berdasarkan apa yang Allah turunkan dan janganlah kau mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah tiba kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendakinya, pasti kau dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kau terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah-lah kau kembali semuanya, kemudian diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kau perselisihkan itu. (Q.S. Al-Maidah: 48).
1. Hikmah beriman terhadap Kitab allah
Beriman terhadap Kitab Allah SWT juga merupakan rukun akidah yang ke 3 yang tentunya wajib kita percayai dan yakini dengan sepenuh hati. Terdapat pesan yang tersirat yang sangat besar yang kita akan sanggup apabila kita beriman kepada Kitab Allah, contohnya ialah keimanan kita terhadap Allah SWT akan bertambah dan kita akan lebih termotivasi untuk menjalani hidup. Adapun hikmahnya antara lain sebagai berikut: 1. Memperkuat keimanan kita terhadap sang Pencipta (Allah SWT).
2. Al-Quran memiliki kelebihan dalam menjawab hal-hal yang tidak sanggup dijawab oleh ilmu pengetahuan dan akal, sehingga kehidupan tidak akan tersesat.
3. Menambah ilmu pengetahuan kita, lantaran Al-Quran tidak hanya berisi wacana perintah dan larangan, tetapi juga berisi pokok-pokok seluruh ilmu pengetahuan.
4. Ketakwaan kita kepada Allah terjaga dan sanggup menjauhi laranganNya. Hidup terasa akan lebih tertata.
5. Dapat menumbuhkan perilaku optimis untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan dunia akhirat.
6. Akan menerima pertolongan di dunia dan akhirat.
Beriman kepada kitab-kitab Allah memiliki sandaran yang berasal dari pemahaman dalil aqli. Adapun mengenai klarifikasi dalil-dalil tersebut, maka Al-Quran ialah kitab yang berbeda dengan kitab-kitab lainnya. Secara faktual/nyata, Al-Quran merupakan suatu kenyataan yang bisa dijangkau panca indra dan akal, sanggup dipikirkan atau dibuktikan kebenarannya.
Tidak demikian halnya dengan kitab-kitab samawi lainnya. Kitab-kitab tersebut, faktanya sudah tidak ada, sehingga nalar tidak bisa membahas dan membuktikan kebenarannya (bahwa kitab itu berasal dari Allah). Sebab, kitab-kitab tersebut tidak mengandung mukjizat yang bisa dijangkau nalar insan pada setiap insan (terutama pada zaman kini). Juga, nabi yang membawanya tidak menjadikannya (Taurat, zabur atau Injil) sebagai bukti wacana kebenarannya. Meski demikian, kita wajib meyakini bahwa kitab-kitab tersebut pernah diwahyukan kepada nabi-nabi dan rasul-rasul terdahulu.
Adapun yang mengambarkan bahwa al-Quran telah diwahyukan Allah SWT kepada nabi dan Rasul-Nya, Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril as Adalah berdasarkan dalil aqli, yaitu dengan membuktikan dari segi ketinggian bahasa (Al-Quran) dan isi yang dikandungnya. Kedua hal ini telah mengambarkan suatu mukjizat yang amat menakjubkan dan besar, sekaligus membuktikan bahwa Al-Qutan bukan hasil karya seorang manusia.
Bahkan untuk itu, Rasulullah SAW telahenantang kaum Quraisy dan orang-orang Arab untuk menandingi Al-Quran. Sebab, dia yakin bahwa kitab tersebut ialah satu-satunya mukjizat terbesar sekaligus bukti kenabiannya sebagai utusan Allah SWT. Beliau tidak perlu lagi menawarkan mukjizat lainya, meski kaum Quraisy meminta bukti (mukjizat) selain Al-Quran itu. Hal itu diabadikan dalam surat Al-Ankabut: 50-51.
وَقَالُوْا لَوْلَاۤ اُنْزِلَ عَلَيْهِ اٰيٰتٌ مِّنْ رَّبِّهٖ ۗ قُلْ اِنَّمَا الْاٰيٰتُ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ وَاِنَّمَاۤ اَنَاۡ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ اَوَلَمْ يَكْفِهِمْ اَنَّاۤ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ يُتْلٰى عَلَيْهِمْۗ اِنَّ فِىْ ذٰلِكَ لَرَحْمَةً وَّذِكْرٰى لِقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
wa qaaluu lau laaa unzila `alaihi aayaatum mir rabbih, qul innamal-aayaatu `indallaah, wa innamaaa ana naziirum mubiin. a wa lam yakfihim annaaa anzalnaa `alaikal-kitaaba yutlaa `alaihim, inna fii zaalika laraHmataw wa zikraa liqaumiy yu`minuun
Artunya: Dan orang-orang kafir Mekah itu berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya saya hanya seorang pemberi peringatan yang nyata". Dan apakah tidak cukup bagi mereka tolong-menolong Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-Ankabut: 50-51).
2. Kehebatan kitab Allah (Al-Quran) dengan segala Aspeknya
Kehebatan Al-Quran dengan segala aspeknya telah menciptakan orang-orang Quraisy tersungkur mengakuinya dan bantahan apapun menjadi patah. Tantangan tersebut telah mengakibatkan mereka terdorong untuk mencoba berbicara atau menciptakan semisal Al-Quran. Namun, mengubah gaya bahasa Al-Quran aja mereka tidak mampu. Padahal mereka ialah orang-orang Arab yang populer fasih dibidang sastra dan berbicara (syair, puisi), Namun, memang sudah sepatutnya mereka kalah dan mengakui kebenaran Muhammad SWA., sebagaimana tercantum dalam firmannya:
قَدْ نَـعْلَمُ اِنَّهٗ لَيَحْزُنُكَ الَّذِىْ يَقُوْلُوْنَ فَاِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُوْنَكَ وَلٰـكِنَّ الظّٰلِمِيْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ يَجْحَدُوْنَ
qad na`lamu innahuu layaHzunukallazii yaquuluuna fa innahum laa yukazzibuunaka wa laakinnaZ-Zaalimiina bi`aayaatillaahi yaj-Haduun
Artinya: Sesungguhnya Kami mengetahui tolong-menolong apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kau bersedih hati), lantaran mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Q.S. Al-An'am: 33).
Sejarah pun mencatat kekalahan itu program meyakinkan, yakni bahwa orang-orang Arab telah gagal meniru, dan tidak bisa menelurkan satu perkataan pun yang senilai dengan Al-Quran, meski Al-Quran telah menantang mereka. Al-Quran sendiri menegaskan:
قُلْ لَّٮِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰۤى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا
qul la`inijtama`atil-insu wal-jinnu `alaaa ay ya`tuu bimi!li haazal-qur`aani laa ya`tuuna bimi!lihii walau kaana ba`Duhum liba`Din Zahiiraa
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya kalau insan dan jin berkumpul untuk menciptakan yang serupa Al Alquran ini, pasti mereka tidak akan sanggup menciptakan yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Q.S. Al-Isra: 88).
Berdasarkan kepastian diatas, kaum Quraisy dan bangsa Arab tidak bisa menciptakan satu ayat pun yang serupa dengan Al-Quran, yakinlah kita bahwa Al-Quran terbukti berasal dari Allah SWT dan merupakan kalamullah.
Kitab Suci yang terang dan juga merupakan wahyu Allah SWT telah bisa mengadakan revolusi mental dan sosial serta mengubah dan menuntun pemikiran insan selama 14 abad. Ia juga telah wajah sejarah insan dan membangun suatu umat yang lemah menjadi perkasa, menerangi mereka kejalan sesat ke jalan lurus dan menyatu padukan barisan yang tadinya cerai berai. Dengan karunia Allah dan petunjuk Al-Quran, terwujud alhamdulillah kesatuan umat di bawah undang-undang yang menegakkan aturan dan keadilan dimuka bumi ini. Ia juga menjadi penuntun bagi umat dan menjadi misi universal sebagai puncak mahkota keagungan peradaban manusia.
Baca juga: 7 negara yang paling seram di dunia
Subhanallah biar dengan kita membaca artikel ini, keimanan kita terhadap Allah SWT makin meningkat dan selalu dalam lindungan Allah SWT amin ya rabbl alamin.
Creator By: Azmin Kabaena
Editor By: Azmin Kabaena