-->
Cerita Rambun Pamenan Bab I

Cerita Rambun Pamenan Bab I

 pada pertemuan ini kita akan menyajikan postingan berkategori Cerita Urang Awak yang berj Cerita Rambun Pamenan Bagian I


Salam, pada pertemuan ini kita akan menyajikan postingan berkategori Cerita Urang Awak yang berjudul Cerita Rambun Pamenan Bagian I yang penulis peroleh sumbernya menurut yang diceritakan didalam kesenian budaya Minangkabau (sumatera Barat) adalah Tari Randai yang semasa penulis masih bocah dahulu selalu mengakibatkan Tari Randai tersebut tontonan pavorit.

 pada pertemuan ini kita akan menyajikan postingan berkategori Cerita Urang Awak yang berj Cerita Rambun Pamenan Bagian I


Makara didalam blog ini penulis akan mencoba menyajikan dongeng tersebut secara serial sebagai hiburan pelepas lelah untuk pembaca disini. Walaupun cuma hiburan akan tetapi biar saja kita sanggup mengambil pesan tersirat dari dongeng tersebut. Tanpa memperpanjang basa busuk penulis akan memulai ceritanya pada paragraf dibawah ini.

Alkisah pada masa dahulu tersebutlah cerita raja yang populer zalim dan bengis memerintah kerajaan yang berjulukan Camin Taruih. Namanya saja raja yang kejam, tentu barang siapa yang membantah perintahnya sang raja tersebut tidak segan-segan menjatuhkan aturan pancung dan merajam rakyatnya yang mencoba menentang perintahnya. Raja tersebut berjulukan Rajo Angek Garang, mendengar namanya saja orang-orang merasa merinding masa itu.



Sudah tiga bulan sang Rajo Angek Garang mengadakan sayembara untuk mendapat seorang istri, namun belum menemukan jodoh untuk akan dijadikan permaisuri di istana kerajaan Camin Taruih. Akhirnya ia mendapat kabar dari kerajaan Ranah Kampuang Dalam di Ranah Minang bahwa Rajanya yang berjulukan Rajo Tuo gres saja mangkat. Lantaran tadinya tersiar kabar ke kerajaan Camin Taruih, Rajo Tuo meninggalkan seorang permaisuri berjulukan Puti Silinduang Bulan yang populer bagus jelita.

Mendapat kabar sedap itu, sang Rajo Angek Garang pun Memanggil pengawal istana untuk menghadap. Kepada pengawal istana yang berjulukan Panglimo Taduang, baginda bersabda, "Wahai abdi ku Panglimo Taduang! Sudah tiga bulan saya mengadakan sayembara di istana Camin Taruih ini, Namun jodoh belum saya temukan".

Lalu Panglimo Taduang pun mengankat sembah sambil berkata, "Ampun beribu kali ampun angku rajo, Kalau memang begitu yang angku rasakan, hamba siap melaksanakan apa yang angku titahkan kepada hamba dan pengawal istana".

Lalu bagida Rajo Angek Garang menyambung pembicaraan nya, "Sekarang tampaknya terdengar kabar bangga untuk ku, sebenarnya Rajo Tuo di kerajaan Ranah Kampuang Dalam sudah mangkat. Beliau kabarnya meninggalkan seorang permaisuri yang cantik". kata baginda yang memiliki keinginan besar bakal punya istri.

"Iya angku, hamba juga sudah mendengar kabar itu" jawab Panglimo Taduang. Kemudian baginda berkata, " Sekarang saya perintahkan engkau wahai Panglimo Taduang bersama tiga orang pengawal bawahanmu untuk pergi menjemput sang permaisuri kerajaan Ranah Kampuang Dalam yan berjulukan Si Puti Linduang Bulan. Bawa ia kesini dan katakan kepadanya bahwa saya yang menyuruh".

Lalu Panglimo Taduang pun menjawab, "Daulat tuangku, hamba bersama Pendekar Bajau, Panglimo Basi, dan Pendekar Kalek siap melaksanakan perintah tuanku rajo, tapi mau kah Si Puti Linduang Bulan dibawah?. Sedangkan kabarnya Si Puti Linduang Bulan lagi menyusui anaknya yang masih bayi."

Baginda pun bertitah dengan suaranya yang khas seakan menggelegar ke langit bila ia berkata "Paksa ia bila tidak mau" kata baginda Rajo Angek Garang". Dan Panglimo Taduang pun bersiap untuk berangkan bersama tiga orang rekannya Pendekar Bajau, Panglimo Basi dan Pendekar Kalek sambil memberi hormat kepada baginda Rajo Angek Garang,

Rentang demi rentang perjalanan mereka lewati melalui hutan belantara, naik bukit turun lembah, semak hilalang dan bebatuan hinga sudah tujuh hari perjalanan sampailah mereka di pinggiran kerajaan Ranah Kampuang Dalam di Ranah Minang.

Sesampai di pinggir kampung mereka beristirahat melepas lelah sehabis tujuh hari tujuh malam dalam perjalanan. Lalu mereka dihampiri oleh seorang penggembala kerbau dan bertanyalah penggembala kerbau tersebut wacana kedatangan mereka di Ranah Kampuang Dalam.

Kemudian mereka menjawab dengan menceritakan maksudnya yang akan menemui Si Puti Linduang Bulan di istana kerajaan Ranah Kampuang Dalam. Lalu si penggembala pun pertanda jalan ke istana Kampuan Dalam tersebut yang mereka tanyakan kepada penggembala tersebut.

Sesampai di istana Kampuang Dalam mereka pun pribadi betemu dengan Si Puti Linduang Bulan dan menyampaikan maksud kedatangan mereka adalah mau menjemput Si Puti Linduang Bulan untuk dibawa ke keraajaan Camin Taruih.

Tentu saja dengan meninggalnya Almarhum suaminya si Puti Linduang Bulan sangat keberatan dan lagi pula mendengar perintah Rajo Angek Garang yang populer arogan dan kejam. "Untuk sa'at ini hamba tidak sanggup memnuhi seruan kalian untuk membawa hamba dan menjadi permaisuri di kerajaan kalian!. Satu lagi yang memberatkan hamba sa'at ini sedang menyusui seorang anak yang masih bayi". jawab si Puti Linduang Bulan dengan ketus.

Selang beberapa sa'at semua bujuk rayu yang di kemukakan oleh para hulu balang Rajo Angek Garang tidak mampan, hasilnya kesabaran mereka pun habis. Bagaikan petir menggelegar si Panglimo Taduang pun angkan bicara, " Dari tdi kami membujuk engkau namun kamu tak juga mau dan tetap juga engkau bersikeras, kini kami terpaksa melaksanakan cara yang kasar" hardik Panglimo Taduang.

"Ikat dia!". Peritah Panglimo Taduang kepada para rekan nya. Dan mereka pun segera mengikat si Puti Linduang bulan dan menaikkan ke kuda nya para hulibalang Rajo Angek Garang tersebut.

                                                                                                           (Bersambung...)
                                                                                                                               







Sumber https://caroawaksurang.blogspot.com/

Baca juga: