Allah SWT telah adil dalam memperlakukan hamba-Nya
telah menempatkan dan memberikan segala alam dunia dan seisi-Nya sesuai porsi makhluk-makhlukNya. Karna Ia adalah Yang Maha Adil :))
sudah seharusnya kita sebagai hamba-Nya harus bersyukur atas apa yang telah Ia berikan dan yang Ia ciptakan
dan postingan saya kali ini lebih mengutamakan hal tersirat tentang bersyukur.
Hidup itu bagaikan kita mendaki sebuah gunung dan kita start dari rumah kita. Sebelum ke basecamp kita harus melalui jalan yang berbeda-beda tipenya. Kadang kita melewati jalan lurus, jalan berliku, jalan nanjak, jalan turun, jalan terjal, dan masing-masing punya rasa tersendiri.
Kenapa saya analogikan seperti mendaki? Kenapa tidak perjalanan ke pantai atau yang lain? Ya saya lebih memilih menganalogikan seperti mendaki karna proses ke gunung itu begitu berat dan tidak instan. Kalo ke pantai kan biasanya bisa diantar pake alat transportasi secara langsung sampai ke hadapan langsung pantainya, tapi kalo mendaki? Pake kaki sendiri tentunya, gak mungkin mau ke puncak pake alat transport hehe
Dalam perjalanan menuju basecamp (transisi masa anak-anak ke masa remaja) saya lebih dihadapakan pada pengamatan yang menakjubkan, di perjalanan saya menemukan hal-hal baru untuk bekal ke depannya, disini (masa anak-anak) masih bisa tertawa nih haha
Setelah nyampe basecamp saya harus beradaptasi sama lingkungan dulu nih, berbagai pemanasan dilakukan, dan akhirnya mulailah tahap mendaki (masa remaja), menuju ke pos pertama sih lumayan belum kaget, track nya gak begitu menguras energi dan suhu badan masih normal, mskipun agak kaget sih sama 1 atau 2 track yang agak menanjak, (masa remaja dalam perjalanan) udah nyampe pos pertama, saya agak lega, istirahat bentar lah liat kerlipan lampu-lampu rumah warga yang keliatan, lanjut ke pos dua, tracknya agak terjal, tapi ada juga track yang datar, disini mulai dituntut untuk dapat memutuskan suatu hal yang dinilai paling tepat dan saya harus yakin jalan yang saya tapaki ini gak bakal buat saya jatuh, disini energi mulai terkuras, udara semakin dingin dan mulai timbul pikiran-pikiran lelah. Sampai juga pos kedua, disini tempatnya lebih keren, bintang jaraknya seperti hanya sejengkal dan ribuan bintang berada di atas saya, kerlipan lampu rumah warga mulai tak terlihat, yang ada hanya pemandangan langit di atas yang menggugah saya untuk segera menggapainya (masa remaja akan habis), lanjut pos berikutnya dan pos berikutnya lagi (remaja akhir atau dewasa awal dan di dunia nyata saya baru sampai tahapan ini), jalur track semakin menanjak dan menanjak, langkah kaki semakin dituntut untuk lebih tinggi karena bebatuanya juga makin tinggi, berhenti sejenakpun rasanya seperti jadi es, rasa lelah mulai bertambah, haus dan lapar di tengah malam karna kehabisan energi harus bisa diatasi sendiri, dini hari mulai berlarian mengejar agar saya lebih tangguh mencapai tempat yang lebih tinggi, tapi karena kondisi, saya putuskan untuk beristirahat dahulu di pos terakhir untuk camp sebelum melanjutkan ke puncak disini kita harus bisa menyesuaikan diri lebih baik lagi, gak seenaknya sendiri buat istirahat, saya juga menghadapi beberpa masalah, harus bisa cari tanah dan tepat untuk buat mendirikan dome dan membuat makanan untuk memperbaiki energi yang terkuras, setelah mensuplai makanan dan minuman hangat, waktunya istirahat, waktu tidurpun di masa ini mulai berkuranag, dan permasalahannya adalah meskipun udah pake sleeping bag, dingin tetap menusuk ke hati (halah),juga harus waspada kalo misal sewaktu-waktu ada badai, tapi tetap semangatnya adalah menggapai seribu bintang dan melihat sunise hehehe (saya akan mengalami masa ini beberapa waktu lagi)
selanjutnya tahapan nyata adalah menggapai puncak, harus lebih hemat logistik nih, harus bisa membagi logistik dengan adil (logistik=materi) masih mikir buat turun nanti, ke puncak ini jalur tracknya semakin bikin greget, menguras tenaga dan pikiran serta keyakinan, udaranya bertambah dingin dan membekukan, tapi tenang matahari terbit akan menyambut hangat di atas sana, hap hap hap langkah semakin tegas dan finally puncak telah diraih!!! Perjalanan lama ini telah disambut sosok Sang Surya dan gulungan ombak samudra awan yang indahnya luar biasa.... Pemandangan yang gak ada duanya, tiganya dan seterusnya ini telah dicapai, bekas pijakan kelelahan gak terlihat (masa sukses dan masa dewasa)
dan selanjutnya saatnya turun kembali ke asal mula, jangan dikira mudah, kita harus tetep hati-hati dan keep safety, membanggakan sampai puncak seenaknya sampai menyebabkan kelengahan turun bisa bikin bahaya lhooo, ingat di bawah jurang hehe turun, turun dan menikmati proses turun secara baik akan membawa ke bawah dengan indah dan nyaman dan akhirnya sapai basecamp dengan bahagia (masa tua) dan kembalilah ke asal mula rumah masing-masing dengan damai (berakhirnya hidup).
Alhamdulillah analogi ini telah saya selesaikan hehe
Oya untuk ke pos satu dan pos berikutnya bakal dihadapkan pada permasalahan, antara yakin mau ambil batu ini atau itu harus butuh optimisme, logika, dan perasaan.
Dan saya sebenarnya pengen melalui jalur yang saya kagumi, rata-rata kawan saya berada di jalur yang bagi saya itu enak, mereka bisa leluasa mengeksplor diri mereka, saya kagum pada mereka-mereka yang lebih dari saya, mereka bisa berkumpul dengan yang satu pemikiran, dari awal mereka di jalur yang sama, sedangkan saya berada di jalur yang berbeda, terkadang kita bertemu di satu pos yang sama, mereka punya banyak cerita saat perjalanan mendaki, mereka bagi cerita pada yang lainnya, tapi ketika yang lain juga membagi cerita ada yang dari mereka acuh, mereka tak mau tau cerita dari temannya, ia hanya memikirkan pengalamannya sendiri,
kini saya mulai bersyukur di jalur ini, saya harus bersikap ramah pada siapa saja, belajar menghormati pada apapun, seacuhnya mereka tentang pengalaman teman yang lain tidak mempengaruhi saya, saya tetap menjadikannya semua teman seperjalanan yang mewarnai pendakian ini, kita terlahir sukses di jalur masing-masing, jalur yang berbeda tidak membuat say merasa jauh, dan ini pilihan saya di jalur ini, stay be myself, bagi saya di jalur yang berbeda dan track yang berbeda pula tidak menyebabkan saya lupa pada pos sebelumnya, semua pos-pos tersebut akan saya ingat kembali ketika saya mulai turun lagi.
Mungkin track yang membuat sifat dan sikap berbeda bahkan berubah, tapi bukankah puncak tertinggi hanya satu? kita bisa merangkai hal-hal indah kembali di puncak nanti, seperti dulu kala, bukan perubahan yang drastis, tapi itulah manusia. Unik. Tentu kita tidak bisa menuntut untuk seketika kembali seperti sedia kala. Bukan hanya puncak yang jadi tujuan karna tujuan akhir yang sesungguhnya adalah kembali ke rumah yang damai.
Di masa pos ini, Alhamdulillah saya menemukan track-track yang luar biasa, bisa saya jadikan batu loncatan maupun tempat peristirahatan sebentar.
Terima kasih untuk segala peneman pendakian ini, Allah yang telah menuntun saya di jalur ini, dan saya yang memilih senua ini karna alasannya adalah ini yang terbaik bagi saya Aamiin, keluarga saya seperti bintang-bintang di langit yang dari awal rumah menemani saya di setiap hari yang mendorong saya agar cepat sampai ke puncak, teman-teman saya seperti pepohonan yang mengiringi pendakian ini, terima kasih kalian sudah mau memberikan oksigen selama pendakian, teman seperjalanan saya yang menambah keramaian proses pendakian ini, terima ksih atas kebaikan kalian, dan dari awal sampi pos ini saya pernah menemukan tanaman terbeda dengan yang lainnya, sebenarnya ada beberapa tanaman unik yang lain yang sempat menemani dan menarik perhatian dalam pendakian, tapi kurasa kini hanya ada dua tanaman yang paling unik dan indah yang membuat saya ingin sekali memetiknya dan ingin bersama tanaman itu terus, eh bukan dua kok, tapi cuma satu, eh dua apa satu yaaaa, hahahaha
satu aja deh soalnya ini tanaman yang paling jarang ditemukan
dia adalah edelweis, dia keren, keindahannya abadi, harumnya masih tercium sampai kini,
tapi sayangnya dia dilindungi, tak boleh dipetik, kini aku memilih untuk meninggalkannya karna pendakian tak berhenti di satu bunga ini, tapi terkadang aku masih merindukannya, kini di sepanjang pendakian aku tak bisa menemukan tanaman seperti ini lagi, kerennya bunga ini memang abadi, mungkin di sana, ia telah bersama pendaki yang lain, dan setauku kini ia jadi bunga pemimpin di bukit itu, selamat yaa, edelweis memang keren, selamat dan semoga bisa jadi sosok yang lebih keren lagi hehe tapi ini sudah jadi pilihan, saya tak boleh tertegun merindukannya menerus, saya harus bisa menemukan tanaman ini atau tanaman unik yang lain di track yang lebih tinggi nanti. Aamiin
Saya harus bersyukur atas semua perjalanan awal pendakian sampai pos ini, saya harus melanjutkan pendakian ke pos selanjutnya. Dan inilah semua pilihan dan alasan saya menulis postingan ini, saya memilih untuk segera beranjak melanjutkan pendakian dan mencapai puncak nantinya.
Menikmati udara sejuk di gunung dan menikmati pemandangan sekitar menambah esensi tersendiri dalam hidup ini.
See You Next Time.
telah menempatkan dan memberikan segala alam dunia dan seisi-Nya sesuai porsi makhluk-makhlukNya. Karna Ia adalah Yang Maha Adil :))
sudah seharusnya kita sebagai hamba-Nya harus bersyukur atas apa yang telah Ia berikan dan yang Ia ciptakan
dan postingan saya kali ini lebih mengutamakan hal tersirat tentang bersyukur.
Hidup itu bagaikan kita mendaki sebuah gunung dan kita start dari rumah kita. Sebelum ke basecamp kita harus melalui jalan yang berbeda-beda tipenya. Kadang kita melewati jalan lurus, jalan berliku, jalan nanjak, jalan turun, jalan terjal, dan masing-masing punya rasa tersendiri.
Kenapa saya analogikan seperti mendaki? Kenapa tidak perjalanan ke pantai atau yang lain? Ya saya lebih memilih menganalogikan seperti mendaki karna proses ke gunung itu begitu berat dan tidak instan. Kalo ke pantai kan biasanya bisa diantar pake alat transportasi secara langsung sampai ke hadapan langsung pantainya, tapi kalo mendaki? Pake kaki sendiri tentunya, gak mungkin mau ke puncak pake alat transport hehe
Dalam perjalanan menuju basecamp (transisi masa anak-anak ke masa remaja) saya lebih dihadapakan pada pengamatan yang menakjubkan, di perjalanan saya menemukan hal-hal baru untuk bekal ke depannya, disini (masa anak-anak) masih bisa tertawa nih haha
Setelah nyampe basecamp saya harus beradaptasi sama lingkungan dulu nih, berbagai pemanasan dilakukan, dan akhirnya mulailah tahap mendaki (masa remaja), menuju ke pos pertama sih lumayan belum kaget, track nya gak begitu menguras energi dan suhu badan masih normal, mskipun agak kaget sih sama 1 atau 2 track yang agak menanjak, (masa remaja dalam perjalanan) udah nyampe pos pertama, saya agak lega, istirahat bentar lah liat kerlipan lampu-lampu rumah warga yang keliatan, lanjut ke pos dua, tracknya agak terjal, tapi ada juga track yang datar, disini mulai dituntut untuk dapat memutuskan suatu hal yang dinilai paling tepat dan saya harus yakin jalan yang saya tapaki ini gak bakal buat saya jatuh, disini energi mulai terkuras, udara semakin dingin dan mulai timbul pikiran-pikiran lelah. Sampai juga pos kedua, disini tempatnya lebih keren, bintang jaraknya seperti hanya sejengkal dan ribuan bintang berada di atas saya, kerlipan lampu rumah warga mulai tak terlihat, yang ada hanya pemandangan langit di atas yang menggugah saya untuk segera menggapainya (masa remaja akan habis), lanjut pos berikutnya dan pos berikutnya lagi (remaja akhir atau dewasa awal dan di dunia nyata saya baru sampai tahapan ini), jalur track semakin menanjak dan menanjak, langkah kaki semakin dituntut untuk lebih tinggi karena bebatuanya juga makin tinggi, berhenti sejenakpun rasanya seperti jadi es, rasa lelah mulai bertambah, haus dan lapar di tengah malam karna kehabisan energi harus bisa diatasi sendiri, dini hari mulai berlarian mengejar agar saya lebih tangguh mencapai tempat yang lebih tinggi, tapi karena kondisi, saya putuskan untuk beristirahat dahulu di pos terakhir untuk camp sebelum melanjutkan ke puncak disini kita harus bisa menyesuaikan diri lebih baik lagi, gak seenaknya sendiri buat istirahat, saya juga menghadapi beberpa masalah, harus bisa cari tanah dan tepat untuk buat mendirikan dome dan membuat makanan untuk memperbaiki energi yang terkuras, setelah mensuplai makanan dan minuman hangat, waktunya istirahat, waktu tidurpun di masa ini mulai berkuranag, dan permasalahannya adalah meskipun udah pake sleeping bag, dingin tetap menusuk ke hati (halah),juga harus waspada kalo misal sewaktu-waktu ada badai, tapi tetap semangatnya adalah menggapai seribu bintang dan melihat sunise hehehe (saya akan mengalami masa ini beberapa waktu lagi)
selanjutnya tahapan nyata adalah menggapai puncak, harus lebih hemat logistik nih, harus bisa membagi logistik dengan adil (logistik=materi) masih mikir buat turun nanti, ke puncak ini jalur tracknya semakin bikin greget, menguras tenaga dan pikiran serta keyakinan, udaranya bertambah dingin dan membekukan, tapi tenang matahari terbit akan menyambut hangat di atas sana, hap hap hap langkah semakin tegas dan finally puncak telah diraih!!! Perjalanan lama ini telah disambut sosok Sang Surya dan gulungan ombak samudra awan yang indahnya luar biasa.... Pemandangan yang gak ada duanya, tiganya dan seterusnya ini telah dicapai, bekas pijakan kelelahan gak terlihat (masa sukses dan masa dewasa)
dan selanjutnya saatnya turun kembali ke asal mula, jangan dikira mudah, kita harus tetep hati-hati dan keep safety, membanggakan sampai puncak seenaknya sampai menyebabkan kelengahan turun bisa bikin bahaya lhooo, ingat di bawah jurang hehe turun, turun dan menikmati proses turun secara baik akan membawa ke bawah dengan indah dan nyaman dan akhirnya sapai basecamp dengan bahagia (masa tua) dan kembalilah ke asal mula rumah masing-masing dengan damai (berakhirnya hidup).
Alhamdulillah analogi ini telah saya selesaikan hehe
Oya untuk ke pos satu dan pos berikutnya bakal dihadapkan pada permasalahan, antara yakin mau ambil batu ini atau itu harus butuh optimisme, logika, dan perasaan.
Dan saya sebenarnya pengen melalui jalur yang saya kagumi, rata-rata kawan saya berada di jalur yang bagi saya itu enak, mereka bisa leluasa mengeksplor diri mereka, saya kagum pada mereka-mereka yang lebih dari saya, mereka bisa berkumpul dengan yang satu pemikiran, dari awal mereka di jalur yang sama, sedangkan saya berada di jalur yang berbeda, terkadang kita bertemu di satu pos yang sama, mereka punya banyak cerita saat perjalanan mendaki, mereka bagi cerita pada yang lainnya, tapi ketika yang lain juga membagi cerita ada yang dari mereka acuh, mereka tak mau tau cerita dari temannya, ia hanya memikirkan pengalamannya sendiri,
kini saya mulai bersyukur di jalur ini, saya harus bersikap ramah pada siapa saja, belajar menghormati pada apapun, seacuhnya mereka tentang pengalaman teman yang lain tidak mempengaruhi saya, saya tetap menjadikannya semua teman seperjalanan yang mewarnai pendakian ini, kita terlahir sukses di jalur masing-masing, jalur yang berbeda tidak membuat say merasa jauh, dan ini pilihan saya di jalur ini, stay be myself, bagi saya di jalur yang berbeda dan track yang berbeda pula tidak menyebabkan saya lupa pada pos sebelumnya, semua pos-pos tersebut akan saya ingat kembali ketika saya mulai turun lagi.
Mungkin track yang membuat sifat dan sikap berbeda bahkan berubah, tapi bukankah puncak tertinggi hanya satu? kita bisa merangkai hal-hal indah kembali di puncak nanti, seperti dulu kala, bukan perubahan yang drastis, tapi itulah manusia. Unik. Tentu kita tidak bisa menuntut untuk seketika kembali seperti sedia kala. Bukan hanya puncak yang jadi tujuan karna tujuan akhir yang sesungguhnya adalah kembali ke rumah yang damai.
Di masa pos ini, Alhamdulillah saya menemukan track-track yang luar biasa, bisa saya jadikan batu loncatan maupun tempat peristirahatan sebentar.
Terima kasih untuk segala peneman pendakian ini, Allah yang telah menuntun saya di jalur ini, dan saya yang memilih senua ini karna alasannya adalah ini yang terbaik bagi saya Aamiin, keluarga saya seperti bintang-bintang di langit yang dari awal rumah menemani saya di setiap hari yang mendorong saya agar cepat sampai ke puncak, teman-teman saya seperti pepohonan yang mengiringi pendakian ini, terima kasih kalian sudah mau memberikan oksigen selama pendakian, teman seperjalanan saya yang menambah keramaian proses pendakian ini, terima ksih atas kebaikan kalian, dan dari awal sampi pos ini saya pernah menemukan tanaman terbeda dengan yang lainnya, sebenarnya ada beberapa tanaman unik yang lain yang sempat menemani dan menarik perhatian dalam pendakian, tapi kurasa kini hanya ada dua tanaman yang paling unik dan indah yang membuat saya ingin sekali memetiknya dan ingin bersama tanaman itu terus, eh bukan dua kok, tapi cuma satu, eh dua apa satu yaaaa, hahahaha
satu aja deh soalnya ini tanaman yang paling jarang ditemukan
dia adalah edelweis, dia keren, keindahannya abadi, harumnya masih tercium sampai kini,
tapi sayangnya dia dilindungi, tak boleh dipetik, kini aku memilih untuk meninggalkannya karna pendakian tak berhenti di satu bunga ini, tapi terkadang aku masih merindukannya, kini di sepanjang pendakian aku tak bisa menemukan tanaman seperti ini lagi, kerennya bunga ini memang abadi, mungkin di sana, ia telah bersama pendaki yang lain, dan setauku kini ia jadi bunga pemimpin di bukit itu, selamat yaa, edelweis memang keren, selamat dan semoga bisa jadi sosok yang lebih keren lagi hehe tapi ini sudah jadi pilihan, saya tak boleh tertegun merindukannya menerus, saya harus bisa menemukan tanaman ini atau tanaman unik yang lain di track yang lebih tinggi nanti. Aamiin
Saya harus bersyukur atas semua perjalanan awal pendakian sampai pos ini, saya harus melanjutkan pendakian ke pos selanjutnya. Dan inilah semua pilihan dan alasan saya menulis postingan ini, saya memilih untuk segera beranjak melanjutkan pendakian dan mencapai puncak nantinya.
Menikmati udara sejuk di gunung dan menikmati pemandangan sekitar menambah esensi tersendiri dalam hidup ini.
See You Next Time.