-->
Cerita Hilangnya Mnc Group

Cerita Hilangnya Mnc Group

Hei, semuanya!
Akhir bulan juli kemaren ini gue meresmikan postingan gue tiap hari #RabuKece. Gak ada alesan nentuin hari si, pengen aja. Kayaknya letaknya strategis banget. Klo kata syahrini si, hari rabu itu sensasional creamy. *Bacanya ala princes syahrini, ya! Hihi...

Tapi, tetep aja klo ada sesuatu dan kepentingan, mungkin sanggup beda hari, ya. *Namanya juga manusia, tempatnya salah dan khilaf. Hihi...

Bikin postingan di #RabuKece itu supaya kayak penulis beneran, supaya ada deadline nulis gitu. Intinya si semoga gue sanggup konsisten ngeblog, yak! Hehe...

Oke, siap2 ambil kopi, teh atau susu, ya. Cerita ini bakalan nguras emosi jiwa dan raga lo semuanya. (Jangan) Percayalah! *Tsahh...

* * *
Begini, beberapa hari yang kemudian gue dapet isu dari salah satu temen facebook klo stasiun televisi swasta nasional yang dimiliki MNC Group pindah frekuensi di receiver parabola. Yang gue baca dari facebook sih pindah dari MPEG-2 ke MPEG-4. Gue juga gak begitu paham dan ambil pusing problem itu. Toh gue juga jarang nonton MNC Group. *Maaf ya, Pak Hari Tanoesoedibjo! ^_^

Yang gue paham klo MNC Group itu punya 3 televisi swasta nasional kayak RCTI, MNC TV dan Global TV. Bener kan, ya? Dan ketiga stasiun televisi itu dengan sangat misterius hilang di kawasan gue. BOOM!

Gue si biasa aja, emang jarang nonton TV. Tapi, beda dongeng sama adek gue. Dia uring-uringan gak terperinci kayak orang sakau, bedanya ini sakau pengen nonton sinetron anak jalanan yang tayang di RCTI. Klo ibu dan ayah gue salah satu penggemar TBNH. Ya, tukang bubur naik haji. Kaprikornus keluarga kami (Kecuali gue) penggemar berat RCTI. BOOM!


Sebagai abang yang baik hati dan rajin menabung di kamar mandi (Dibaca: suka buang air besar). Gue pun mencari frekuensi MNC Group yang terbaru. Gue search via google. Bersama ayah dan ibu gue yang sangat antusias menunggu. Menunggu demi sanggup nonton sinetron anak jalanan dan tukang bubur naik haji.

Mereka fokus sama jemari gue yang dengan lihai memainkan smartphone. Gue berasa jadi orang pinter, padahal mah cuma ngetik doang di google. Kadang gue pake bunyi untuk search di google. Keluarga gue pun makin tercengang liat gue. Haha...

Bagi keluarga gue yang sedikit kurang melek tekhnologi. Gue ini udah kayak ilahi tekhnologi di rumah. (Jangan) Percalah! *Gue bukannya sombong, ya! :D

"Yah... Ketemu nih yang RCTI." Ucap gue sambil membuka beberapa link di smartphone.
"Cepet kak! Cepet kak! Cepet kak!" Rengek adek gue yang kayak lagi mabok lem aibon.

Gue dengan seksama mulai mengatur receiver parabola rumah gue. Gue otak-atik dengan gemulai dan... hanya bunyi yang terdengar. Yups! Semua instruksi yang ada di link yang gue ambil dari google udah gue masukkan. Tapi... Cuma sanggup denger suaranya dan layar TV  hitam menyerupai mati total. Emang yang namanya instruksi itu susah ditebak, sama kayak cewek yang sering maen kode. *Malah curhat*

Dengan keadaan menyerupai itu, adek gue tetep semangat mendengarkan suara-suara pemain sinetron anak jalanan. Klo gue ganti, eksklusif nangis dan ngadu ke Ibu gue. Daripada gue di kutuk jadi buruk sama Ibu gue sendiri, kesudahannya gue menyerah dan membiarkan adek gue tetep nonton RCTI, eh maksudnya radio RCTI. Hehe...

Tapi alasannya ialah penasaran, gue kesudahannya makin gencar searching via google dan mendapati fakta mencengangkan. Receiver parabola milik gue masih MPEG-2 sedangkan MNC Group pindah ke MPEG-4. Intinya apa saudara-saudara? Intinya punya gue gak sanggup dan memang cuma keluar suaranya klo masih pake MPEG-2. Bakar! Bakar! Bakar!

Malam itu, daripada gue dengerin radio RCTI yang drama banget pastinya. Gue pun menentukan ke kamar (mandi) sambil memikirkan kenangan bersama seseorang yang nan jauh di mata tapi bersahabat di hati. *Kembali baper*

* * *
Keesokan harinya ketika gue gres pulang dari jalan-jalan, walaupun cuma dalam mimpi. Gpplah. Biar kekinian, bro!

Gue denger dialog santai Ibu dan Ayah gue di ruang tamu. Gak begitu terperinci suaranya sih. Tapi yang niscaya beberapa anak tetangga gue banyak yang nangis. Bukan nangis alasannya ialah gue jailin atau gue paksa ngisep aibon bareng-bareng. Bukan kok, mereka nangis alasannya ialah bawah umur tetangga rumah gue banyak yang pengen nonton anak jalanan. Iya, gue gak salah tulis kok. Walaupun di sosial media, sinetron ini di buli habis-habisan. Tapi kayaknya sinetron ini udah merasuk jiwa raga mereka. Terutama anak SD kayak bawah umur tetangga gue yang masih labil, yang belum tau kerasnya hidup. *Hidup ini keras, nak!


Saat itu, gue cuma sanggup bilang luar biasa. Luar sanggup atas sebuah fanatisme bawah umur SD yang begitu fanatik dengan sinetron. Ini gres di lingkungan rumah. Gue yakin di luar sana banyak yang lebih fanatik dengan sinetron anak jalanan. Luar biasa!

Gue cuma sanggup berdoa semoga bawah umur yang nonton sinetron anak jalanan ini sanggup mengambil pelajaran yang baik-baik. Semoga, Aamiin...

* * *
NB: TV boleh kalah dari Youtube, tapi sinetron masih jauh lebih unggul dari youtube. BOOM!

Sumber https://www.banyolanesia.com/

Baca juga: