-->

Puisi Anam Khoirul Anam

Hikayat Suatu Musim


Tentang gurun gurun yang sering kau kisahkan,
tentang badai atau tentang pohon-pohon kering ludes dilahap musim kemarau
yang sedemikian bengis mengikis dedaunan atau rentang musafir yang tersesat
di belantara tandus atau bahkan tentang jejak-jejak pasir yang tersaput semilir angin di kala kita terdampar di bawah semesta

Barangkali tentang gemintang di antariksa
yang berpijar diantara temaram rembulan
lalu kabut berjalan lamban mengitari
kelepar sayap punguk pada dahan kering
sedangkan kesunyian merayap
seilah berdansa dalam diam
walau lengking suata alam bersenandung
menguntai bait syair dari kesendirian jiwa

Tetap saja suara itu membisu dalam sembilu

Adakah perhelatan cinta berbalut rindu itu
senantiasa ringkas misteri tak terjangkau
menjadi perihal sederhana bagi nalar
menguak apa yang diselimuti tabir
hingga segala nyata bagi nalar

Tentunya, membutuhkan jiwamu
dan juga jiwaku dalam satu kesepakatan
memahami segala dalam satu ungkapan
membahasakan dalam penafsiran rinci
berdialog dalam monolg keheningan








Bila Esok Kan Kembali


Sesekali waktu akan bersemayam di kesunyiannmu yang tak berujung
Sesekali pula ku saksikan ulas senyum di raut wajahmu bercadar kabut
Namun dalam sekejap rumtuh bersama deras derau air matamu

Bahkan kini hangat dekap itu tawar rasanya dalam selimut akut
Kau menyusut dalam kemuraman memoar sedangkan aku terus bangkit disisimu
Meski ku tahu rapuhku kian terperi dan ringkih segalaku dalam rasamu

Kini segalanua lindap dalam kebisuan kau jadi kilas bayang di langit benakku
Sedangkan aku semakin berkibas jauh dari hadapmu, bahkan dari segalamu
Laun kau dan aku hilang dari pelupuk embus nafas dan juga getar jantungmu
Tak lagi syahdu terdengung di telingaku

Wahai kau yang kini menghilang bila esok kita kan jumpa kembali
Usap linang air matamu jangan lagi ada dusta menganiaya
Dan rengkuh aku hingga tak lagi ada detak itu berdenyut di jantungku.







Puisi-puisi Anam Khoirul Anam. Jawa Pos: Cerpen.


Baca juga: